Beranda | Artikel
Bahaya Mengikuti Tren Media Sosial
16 jam lalu

Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan umat manusia. Setiap hari, jutaan orang membagikan kehidupannya, mengikuti tren, dan berlomba-lomba mengejar popularitas dunia maya. Platform seperti Facebook, TikTok, Instagram, dan YouTube bukan hanya menjadi tempat berbagi, namun telah menjadi arena untuk berlomba-lomba menjadi populer.

Sayangnya, banyak dari tren yang beredar di media sosial bukan hanya tidak bermanfaat, bahkan sering kali berisi hal-hal yang merusak nilai moral, mengikis iman, dan menjerumuskan ke dalam dosa. Yang lebih memprihatinkan, sebagian umat Islam turut larut dalam arus ini tanpa menyadari bahayanya, baik terhadap akhlak pribadi, masyarakat, maupun terhadap akhirat mereka.

Fenomena tren media sosial di Indonesia

Di Indonesia, menurut The Global Statistic, pengguna media sosial mencapai angka lebih dari 191 juta pengguna aktif pada tahun 2024. Mayoritas pengguna aktif berasal dari kalangan muda, termasuk pelajar dan mahasiswa. Yang memperihatinkan adalah pengaruh negatif dari tren media sosial yang tersebar di kalangan pemuda kaum muslimin. Contoh tren berbahaya yang pernah viral antara lain:

Challenge berbahaya: Seperti minum cairan aneh, melompat dari ketinggian, atau menyakiti diri sendiri.

Konten yang memperlihatkan aurat: Banyak perempuan muslimah tergoda membuat konten dansa, bernyanyi dengan pakaian minim, atau menunjukkan bagian tubuh yang seharusnya ditutup.

Prank kasar dan merendahkan: Demi konten atau tawa penonton, seseorang rela mempermalukan orang lain, bahkan keluarganya sendiri.

Pamer kekayaan (flexing): Memunculkan budaya hedonisme dan iri hati di masyarakat.

Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa media sosial bukan sekadar hiburan. Ia bisa menjadi alat penyebaran keburukan yang masif. Dan jika tidak dibarengi dengan iman serta ilmu, akan menjerumuskan ke dalam lembah kehinaan.

Pandangan Islam: Mengikuti tren tanpa ilmu adalah kesesatan

Islam adalah agama yang mengajarkan keseimbangan, adab, dan tanggung jawab. Dalam Al-Qur’an, Allah mengingatkan bahwa manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang ia lakukan, bahkan atas ucapan dan pandangan matanya. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (QS. Al-An’am: 116)

Ayat ini menjadi tamparan keras bagi mereka yang membenarkan segala sesuatu hanya karena “semua orang melakukannya”. Dalam konteks media sosial, mengikuti tren hanya karena “banyak yang melakukan” tanpa menyaring dengan nilai Islam adalah bentuk kelalaian yang bisa berujung pada kesesatan.

Setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas kontennya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

مَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaf: 18)

Setiap kata, gambar, video yang kita unggah semuanya tercatat. Apakah kita siap mempertanggungjawabkan tarian yang kita buat, prank yang kita lakukan, aurat yang kita pamerkan di hadapan Allah di hari kiamat nanti?

Ada satu renungan lagi bagi seseorang yang menjadi sebab orang lain meniru konten buruknya, yaitu berupa dosa jariyah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا

“Barangsiapa yang menyeru kepada kesesatan, maka ia akan mendapatkan dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim no. 2674)

Berapa banyak orang yang meniru gaya kita setelah melihat video kita? Jika yang ditiru adalah keburukan, maka kita ikut menanggung dosa mereka. Dan dosa itu akan terus mengalir selama konten tersebut tersebar, meski kita sudah meninggal dunia.

Jangan tertipu dengan popularitas

Fenomena “FYP” (For You Page) di media sosial sering menjadi obsesi para penggunanya. Mereka merasa berhasil jika videonya masuk FYP, viral, ditonton ratusan ribu orang, dan mendapatkan banyak “like” dan “comment”. Namun, dalam kacamata iman, seharusnya yang seperti ini perlu dikhawatirkan atas diri kita. Terlebih konten yang dibuat adalah konten yang menyelisihi syariat.

Islam menjaga izzah (kemuliaan), bukan gengsi

Allah menjaga kemuliaan orang beriman. Allah Ta’ala berfriman,

وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ

“Dan kemuliaan itu milik Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman…” (QS. Al-Munafiqun: 8)

Allah tidak menjanjikan izzah bagi mereka yang hidupnya hanya mengejar pujian manusia, tetapi bagi mereka yang menjaga iman dan kehormatan.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا لَمْ تَسْتَحِي فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ

“Jika engkau tidak punya rasa malu, maka lakukanlah sesukamu.” (HR. Bukhari no. 6120)

Orang yang hilang rasa malu, akan berani melakukan apa saja: berjoget di depan umum, berbicara kotor, bahkan menipu demi konten. Malu adalah rem keimanan. Jika itu rusak karena media sosial, maka yang rusak bukan hanya konten kita, tapi hati kita.

Media sosial adalah salah satu ujian di zaman ini. Bila digunakan untuk kebaikan seperti dakwah, edukasi, motivasi, penyebaran ilmu, maka ia bisa menjadi ladang pahala. Tapi apabila digunakan untuk menuruti hawa nafsu dan pamer dosa, ia bisa menjadi jalan tercepat menuju neraka.

Jalan keselamatan di era digital

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menjaga diri kita di era digital saat ini antara lain:

1) Menahan jari sebelum mengunggah. Dan menanyakan kepada diri sendiri, “Apakah konten ini Allah ridai?”

2) Mengikuti akun dakwah dan ilmu untuk menciptakan lingkungan digital yang menyehatkan iman.

3) Menjadi teladan kebaikan di media sosial. Gunakan platform media sosial sebagai ladang pahala, bukan tempat maksiat.

4) Memperbanyak istigfar dan perbaiki niat. Apabila pernah menyebar keburukan, hapus dan bertobatlah segera.

Saudaraku, kehidupan ini terlalu singkat untuk dihabiskan demi kesenangan sesaat. Popularitas di dunia maya tidak sebanding dengan murka Allah. Mari kita bijak dalam menggunakan media sosial. Ukurlah setiap tindakan kita dengan timbangan syariat. Karena yang viral di dunia, belum tentu bermanfaat di akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ. وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS. Az-Zalzalah: 7–8)

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَّنْ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ، وَثَبِّتْنَا عَلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيمِ

Ya Allah, jadikan kami termasuk orang-orang yang mendengarkan nasihat dan mengikuti yang terbaik darinya, serta teguhkan kami di atas jalan-Mu yang lurus.

Baca juga: Bahaya Gibah dan Namimah di Era Media Sosial

***

Penulis: Gazzeta Raka Putra Setyawan

Artikel Muslim.or.id


Artikel asli: https://muslim.or.id/109170-bahaya-mengikuti-tren-media-sosial.html